Merasa sendiri

Saya seringkali takut merasa sendirian. Saya tidak takut sendiri, tapi merasa sendirian bagi saya bukan hal yang menyenangkan. Padahal, saya selalu menganggap saya mandiri, saya bisa melakukan hal-hal sendiri. Namun, tetap saja, bila perasaan itu datang, saya tidak tahu mau sembunyi dimana.

Mungkin bukan sembunyi, tapi bagaimana mengatasinya. Hari ini, saya sedang sakit. Sudah dua hari tepatnya, flu berat ditambah batuk membuat demam datang. Akhirnya, tinggal di rumah menjadi satu-satunya pilihan. Saat ini, ada konser Ungu dan Samson, sebuah perpaduan yang menarik di kota kecil Banda Aceh ini. Pacar saya kebetulan juga sedang sibuk, maka laptop, radio di handphone, dvd dan buku menjadi teman baik saya.

Saya pikir, tidak ada orang yang suka sendiri. Konon, manusia diciptakan Tuhan berpasangan, ditambah, manusia ternyata adalah makhluk sosial. Dia tidak bisa hidup sendiri, dia pasti tergantung kepada orang lain untuk terus menjaganya tetap hidup. Entah dia sadari atau tidak.

Semakin tua, saya menyadari bahwa teman-teman saya semakin menghilang. Mereka memilih jalan hidupnya sendiri-sendiri; dan kadang, kita bahkan tidak pernah bertemu lagi. Bukan sombong, tapi saya pikir itulah mengapa dinamakan dunia, karena tidak pernah ada yang abadi. Baik itu pertemanan dekat atau relasi seperti hubungan orang tua dengan anak sekalipun. Manusia dilahirkan sendiri, menghadap Tuhan pun sendiri.

Beberapa teman yang masih tersisa biasanya memang karena sudah sekian lama berteman. Tetap saja bertukar cerita, walau mungkin telah terpisah jauh. Namun, tetap saja, kadang rasa sendiri itu tetap ada.

Saya, sekali lagi, masih mencari cara yang paling efektif, untuk mengatasi rasa sendiri ini. Menjadi dewasa memang tidak menyenangkan, namun, sayangnya tidak bisa saya hindari. Hm, semoga saya cepat sembuh dan bisa beraktivitas lagi. Dan semoga, tidak melulu merasa sendirian.

Feb 18, 2007 19:05

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *