Pahlawan?

Saya baru ingat. Sepuluh November kemarin itu hari Pahlawan. Hampir lupa. Mungkin karena sudah tidak pernah lagi ikut upacara bendera.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI 2001:812) menyebutkan pahlawan adalah orang yang menonjol karena keberaniannya membela kebenaran atau pejuang yang gagah berani.

Namun, siapakah yang sebenarnya bisa disebut pahlawan? Apakah mereka yang mati di medan laga, mereka yang dikubur di taman makam, mereka yang kaya dan bisa membagi-bagi rezekinya dengan leluasa, selebriti yang mengadopsi anak dari berbagai negara, yang masuk KPK memberantas korupsi, atau bisa siapa saja yang senyum dengan tulus, bertanya kabar dengan sungguh-sungguh, memeluk ketika ada yang sedih? Apakah mereka yang kadang terlupakan modernitas seperti tukang sapu, pemulung, tukang sampah, tukang pencatat listrik, penjaja koran, atau pedagang asongan?

Saya baru saya melihat program Dunia Kita, sebuah acara milik kantor berita Voice of America. Ada cerita soal kepahlawanan.

Sebut saja Max Jones. Dia masih SMP. Tapi sungguh luar biasa. Max dari Ohio ini merekam berita-berita positif dari seluruh dunia untuk disebarluaskan di Amerika. Sebuah hal yang langka yang bisa ditemui di media-media negara Paman Sam ini. Saya sudah lima bulan di Amerika, dan memang saya menemui televisi-televisi di sini memberitakan dunia dari sisi negatif saja. Misalkan, perang di Irak, perang di Afghanistan, kekeringan di Ethiopia, bom di Pakistan, kerusuhan di Honduras, banyak lagi. Intinya, berita yang tidak positif. Max, anak pemalu ini, melihat fenomena ini dengan jeli. Dia punya program radio sekolah, dimana dia akan membacakan berita-berita positif yang dia percaya akan membawa hal-hal positif juga. Setidaknya di Amerika, dimana negeri ini sedang menghadapi krisis ekonomi yang cukup parah.

Satu lagi yang saya ingat adalah Tanya Pinto. Perempuan muda keturunan India asal Texas ini punya cerita berbeda. Dia suka bolak balik Amerika-India untuk membawa sumbangan yang dia kumpulkan dari orang-orang di Amerika. Filantrofi memang sedang menjadi tren. Bisa jadi, Tanya ingin menjadi bagian itu, tapi setidaknya dia berbuat sesuatu. Tanya mengumpulkan Dollar demi Dollar. Hasilnya luar biasa. Dari mulai hanya membawa pakaian bersih, sampai bisa mengumpulkan banyak bantuan untuk membangun sekolah di India bagi anak-anak yang miskin.

Mereka orang-orang kebanyakan. Yang bisa melihat fenomena dan berpikir bagaimana menjadi bagian dari solusi masalah yang mereka lihat. Bagi mereka, tidak harus kaya raya dan terkenal untuk bisa membantu orang banyak. Luar biasa.

Saya melihat banyak pahlawan di jalan. Seorang tukang sapu yang menghargai sekali pekerjaannya karena mereka tahu, mereka menjaga jalan-jalan ibukota Jakarta untuk tetap bersih. Pemulung yang kadang bau dan compang-camping, tanpa mereka, pengelolaan sampah tidak akan optimal. Penyiar radio pagi hari yang menemani banyak orang dalam perjalanan ke kantor dengan memutar lagu-lagu bagus dan berceloteh membuat lelucon tidak karuan, tanpa disadari, mereka membuat macet menjadi lebih nikmat. Orang-orang yang sering kita lupa mereka siapa. Pahlawan kita itu..

Seketika di suatu pagi saya yang sendu, seorang sahabat Amerika saya bertanya, apa kabar pagi ini? Saya cuma tersenyum simpul. Dia memeluk saya dan bilang, saya tahu kamu rindu suamimu. Sebuah pelukan yang memberi saya energi untuk bisa membuat saya bertahan dari rasa rindu ini. Buat saya, pelukan dan senyum tulusnya membantu saya. Pahlawan juga, kan?

Pahlawan bisa siapa saja yang mengerjakan hal-hal baik, bukan cuma bagi dirinya sendiri, tapi juga bagi orang lain. Tidak perlu menunggu kaya dan terkenal untuk bisa membantu banyak orang, untuk setidaknya membuat kehidupan di dunia ini menjadi sedikit lebih baik.

Kita tidak pernah tahu, senyum yang kita berikan kepada orang di jalan, bisa jadi membuat mereka menjadi lebih optimis. Kita tidak pernah tahu, duri yang kita singkirkan di jalan, bisa membuat pejalan kaki berikutnya tidak celaka. Kita tidak pernah tahu, bahwa usaha kita untuk terus tidak membuang sampah sembarangan, bisa jadi bisa mencegah banjir. Kita tidak pernah tahu, jangan-jangan kita pernah jadi pahlawan juga.

Kadang orang berpikir sulit sekali untuk mengubah dunia, apalagi ketika dihadapkan pada kenyataan-kenyataan pahit dan masalah-masalah berat. Banyak yang akhirnya memilih menyelamatkan diri sendiri saja. Tidak ada yang salah dengan itu. Tapi kadang manusia lupa, bahwa dunia ini interdependensi. Tidak ada yang bisa hidup sendiri, tidak ada yang bisa egois. Banyak yang masih percaya itu, dan percaya bahwa mengubah dunia tidak perlu menjadi presiden, politisi, ekonom, konglomerat, atau sebut apapun namanya.

Kita sering menganggap kita ini kecil, apalah artinya kita ini. Padahal, manusia itu bukan makhluk yang lemah. Energi metafisikanya bisa menyalakan listrik separo Jakarta (saya lupa mendengar darimana). Dan kalau kita membaca lagi buku-buku sejarah, seringkali perubahan tidak hadir dari orang-orang yang kita anggap besar. Tapi dari orang-orang kecil yang ingin membuat dunia ini lebih kondusif untuk tempat hidup.

Kita tidak pernah tahu, bagaimana hal-hal kecil yang kita lakukan bisa jadi mengubah dunia dengan cara-cara yang misterius. Saya ingat apa kata AA Gym bahwa mengubah dunia itu bisa dilakukan mulai dari diri sendiri, mulai dari hal kecil, mulai hari ini. Atau Gandhi yang pernah bilang jadilah perubahan yang ingin kamu lihat di muka bumi ini. Juga President Clinton yang bilang bahwa perubahan biasanya tidak hadir dari hal-hal besar.

Maka, jadilah pahlawan, teruslah mengirim cinta pada dunia, yang semakin lama semakin hitam ini. Karena bisa jadi, kita mengubah kehidupan orang menjadi lebih baik hari ini. Jangan berhenti lakukan hal-hal baik, Kawan. Jangan..

Little Rock, 22 November 2009

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *