Aku Memanggil Semesta: Sebuah Prosa Lirik

Aku memanggil semesta
Ketika fajar mengufuk
Dan ayam berkokok
Seraya bertanya, “Semesta, apa kabarmu pagi ini?”
Dan dijawabnya, “Aku baik-baik saja. Baru saja aku paksa matahari bangun”

Aku memanggil semesta
Ketika perlahan matahari meninggi
Dan orang-orang mulai sibuk hidup
Seraya bertanya, “Semesta, apa kamu tidak pernah lelah?
Dan dijawabnya, “Lelah? Apa maksudmu?”
Akupun bersungut, “Sebentar, aku pikir dulu!”

Aku memanggil semesta
Ketika matahari menerik ada di atas kepala
Membuat tikus mondok kepanasan
Dan berbisik, “Maksudku, lelah mencinta dan menciptakan waktu. Kuharap kamu tau maksudnya”
Dia pun tersenyun, “Oh, kamu orang ke sekian juta yang bertanya itu”
Akupun bersungut lagi, “Jadi, apa tidak akan kamu jawab?”
Dia pun tersenyum lagi, “Ah, tenang, semua dapat cintaku yang sama.”

Aku memanggil semesta
Ketika matahari mulai berserong ke barat
Dan azan Ashar bergema
Seraya berkata, “Serius, semua dapat cintamu yang sama? Koruptor juga?”
Dia pun geleng kepala, “Iya, masih bisa bernafas kan mereka itu?”
Akupun berpikir keras, “Kenapa kamu juga cinta para penjahat itu?”

Aku memanggil semesta
Melihat senja emas yang masih selalu saja membuatku terpana
Ketika tanpa sadar air mataku menetes
Seraya berpikir, “Ah, semesta, kamu murah hati sekali.”
Dia pun terpingkal,

“Kamu perempuan, aku dengar bisikanmu. Angin sore, kawan baikku, membawanya kepadaku.
Aku tidak pernah lelah mencinta, karena Tuhan memberikannya banyak sekali.
Dia minta aku untuk membagi-baginya, untuk mereka yang hidup di hamparan tanahku.
Agar orang-orang yang baik, tetap semangat menyebar kebaikan
agar orang-orang yang belum baik, bisa belajar lagi di sekolah kehidupan
tentang apa itu artinya menjadi baik

Lelah, aku tidak pernah. Karena akulah semesta, menunduk kepada Tuhan
Dalam nafas-nafasku yang tidak pernah putus
Sampai tiba suatu akhir, yang juga merupakan suatu awal, di suatu masa”

Aku memanggil semesta
Ketika bulan memaksa matahari beristirahat
Seraya tersenyum, “Bintang, apa semesta mengirimmu?”
Bintang mengkerlip,

“Sama sepertimu, aku juga bagian dari semesta. Aku akan datang, ketika aku harus datang.
Sama seperti matahari yang panas, hujan yang deras, angin yang ribut, senja yang emas, tawa renyahmu, sedu sedanmu, rindu kekasihmu, dan kasih sayang ibu bapakmu. Sama seperti perang, kelaparan, banjir bandang, rasa takut. Dan lainnya yang kamu bisa sebutkan.

Tuhan tadi kirim salam. KataNya, selama kamu punya cinta, kamu akan baik-baik saja.
Selama kebaikan masih kamu sebarkan, rahmat dan kasihNya akan semesta datangkan kepadamu.”

Aku memanggil semesta
Ketika rasa kantuk menyerang
Dan burung hantu malam pun mengeluarkan suara-suara
Seraya berkata,

“Salamkan lagi pada Tuhan, ya Bintang. Katakan padaNya, jangan pernah tinggalkan aku, titik debu yang sering sombong ini.”

Bintang pun berkedip, “Tuhan selalu sayang padamu, maka jangan kamu lupakan Dia.”

San Antonio, 22 Juni 2010, 21:04
ketika kasih semesta memeluknya lagi

Galaksi Andromeda (source: (courtesy of http://searchthetruth.files.wordpress.com)
Galaksi Andromeda (source: (courtesy of http://searchthetruth.files.wordpress.com)

2 Replies to “Aku Memanggil Semesta: Sebuah Prosa Lirik”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *