Tidak Bisa Membeku

Dalam sebuah perjalanan
Aku pernah melihat lautan salju
Lembut dan dingin

Berlomba-lomba jatuh
Memutihi kota
Dinginnya merontokkan dedaunan

Menghalau segarnya bunga-bunga
Menghentikan hijaunya rumput
Membuat licin jalan-jalan

Tanganku tak terasa
Hidungku berair
Kudukku merinding

Dingin itu menjalar
Lewat telinga, lutut,
Dan masuk ke pori-pori kulit

Bahkan coklat panas
Tidak mampu menghalaunya pergi

Tanpa sadar
Aku pun ikut membeku
Seiring dengan mentari yang tak kunjung datang
Senja yang alpa
Dan bulan yang tertidur karena kedinginan

Bisa jadi,
Aku memang rindu sinar matahari
Emasnya senja, dan senyum rembulan

namun,
satu yang pasti,

Dia itu masih saja aku rindu
Sayu matanya
Renyah tawanya
Lembut tatapannya
Hangat candanya

Ternyata,
hangatku
tidak mempan tertembus dingin salju
rinduku,
tidak pergi tertiup angin musim dingin
dan cintaku,
ternyata tidak bisa membeku

Little Rock, 27 Januari 2010 21:33

putih

Merasamu, Tak Kenal Waktu

Aku bisa merasakan
Desahan nafasmu
Mengharu biru
Lewat angin yang bersepoi
Bertiup lewat sela-sela telingaku

Aku bisa merasakan
Hangatnya tubuhmu
Memeluk aku
Lewat hangat matahari
Yang 14 jam sinarnya
menerangi negeri ini
dan lewat bermilyar bintang
Yang tegar menyinari malam Continue reading “Merasamu, Tak Kenal Waktu”

Awas Ya!!

Kekasihku,
Kau tidak akan kubiarkan sendiri
Ragaku bisa mati ketika tiba umurku
Fisikku pasti membusuk seiring tuaku
Tapi jiwaku abadi
Doaku tulus dan mumpuni

Maka,
kenapa kau harus tunggu selesai sesalmu
Baru kau datang padaku
kenapa harus kau usir rasa marahmu
Baru kau bersender di bahuku
Kenapa perlu kau manjakan sakit hatimu
Baru kau peluk aku

Padahal,
kau kan sudah tahu
Cintaku bukan cinta biasa
Cintaku tidak sederhana
Cintaku cinta keras kepala!!

Ah,
entahlah
Aku merasa dunia membelakangiku
Dan aku tidak mau kau ikut serta
Awas ya!

c)RDS, 161206 Banda Aceh
for better or worse