Obrolanku dan Matahari: Sebuah Prosa Lirik

Menyibakkan tirai jendela

Matahari Terbit (courtesy http://capjempol.files.wordpress.com)
Matahari Terbit (courtesy http://capjempol.files.wordpress.com)

Ketika sinar-sinar hangat menerpa muka
Aku sapa dengan lirih, “Matahari, selamat pagi”

“Selamat pagi,” sapanya kembali
“Eh, itu air mata apa?”

Aku malu-malu menyeka
Dan menjawab, “Ah bukan apa-apa, tidak perlu kuatir. Kamu aku, aku ini penangis”

Matahari itu berkata, “Iya, aku tahu. Senja sering bilang bahwa kadang dia memperhatikanmu
Ketika semburat nila ungu bercampur emas turun di ufuk barat, kamu seringkali terkagum
Lalu air matamu mengalir.

Pernah juga awan putih di langit Tuhan berbisik kepadaku
Ketika deru-deru pesawat terbang mendesah, dan kamu rindu sang kekasih,
kamupun sedang menangis.”

“Jadi,” kataku, “Kenapa kamu bertanya kalau kamu sudah tahu?”
“Karena,” jawabnya, “Aku yakin kali ini kamu itu sebenarnya sedang bahagia.” Continue reading “Obrolanku dan Matahari: Sebuah Prosa Lirik”

Aku Memanggil Semesta: Sebuah Prosa Lirik

Aku memanggil semesta
Ketika fajar mengufuk
Dan ayam berkokok
Seraya bertanya, “Semesta, apa kabarmu pagi ini?”
Dan dijawabnya, “Aku baik-baik saja. Baru saja aku paksa matahari bangun”

Aku memanggil semesta
Ketika perlahan matahari meninggi
Dan orang-orang mulai sibuk hidup
Seraya bertanya, “Semesta, apa kamu tidak pernah lelah?
Dan dijawabnya, “Lelah? Apa maksudmu?”
Akupun bersungut, “Sebentar, aku pikir dulu!”

Aku memanggil semesta
Ketika matahari menerik ada di atas kepala
Membuat tikus mondok kepanasan
Dan berbisik, “Maksudku, lelah mencinta dan menciptakan waktu. Kuharap kamu tau maksudnya”
Dia pun tersenyun, “Oh, kamu orang ke sekian juta yang bertanya itu”
Akupun bersungut lagi, “Jadi, apa tidak akan kamu jawab?”
Dia pun tersenyum lagi, “Ah, tenang, semua dapat cintaku yang sama.” Continue reading “Aku Memanggil Semesta: Sebuah Prosa Lirik”

Wangimu Tak Pernah Pergi

Hasri Ainun Besari Habibie (sumber: Media Indonesia)
Hasri Ainun Besari Habibie (sumber: Media Indonesia)

Bunga itu telah pergi
Bukan karena jarang dipupuk
Atau diairi
Namun Tuhan ingin
Bunga itu sekarang tumbuh di surga

Bunga itu telah pergi
Meninggalkan harum semerbak
Yang masih tercium
Di antara pengagum-pengagumnya

Terbalut Merah Putih
Dibopong tentara baret biru
Dia tiba kembali di tanah air
Di rumahnya yang pernah ia hidupi
Tanah airnya
Indonesia Continue reading “Wangimu Tak Pernah Pergi”

Cerita tentang Hitam dan Putih: Refleksi dari To Kill a Mockingbird

“…the evil assumption that all Negroes lie, all Negroes are basically immoral beings, all Negro men are not to be trusted around our women.”

poster film
To Kill A Mockingbird (Sumber: IMDB)

Kalimat itu adalah bagian dari argumen terakhir Atticus Finch (yang dimainkan oleh Gregory Pack), seorang pengacara kulit putih di pengadilan yang menyidangkan warga kulit hitam yang dituduh memperkosa perempuan kulit putih. Atticus Finch ditunjuk untuk membela seorang kulit hitam, praktik yang tabu di tahun 1932, ketika Amerika Serikat sedang mempraktikkan kebijakansegregasi rasial. Kebijakan ini intinya memisahkan kulit hitam dan kulit putih dalam hal fasilitas dan pelayanan publik misalnya kesehatan, perumahan, pendidikan, pekerjaan, dan juga transportasi. Di masa-masa sebelum adanya gerakan pembelaan hak-hak sipil yang pada puncaknya terjadi di tahun 50an dipimpin oleh Marthin Luther King, J.R., praktik pemisahan ini menjadi praktik yang “normal” di negara yang katanya demokrasi ini. Dan tentunya, praktik-praktik ini melahirkan asumsi-asumsi menyedihkan seperti di atas.

To Kill a Mockingbird sedikit banyak bercerita soal itu. Diadopsi dari karya besar Harper Leedengan judul yang sama, film ini menceritakan kisah diskriminasi terhadap kulit hitam dari kacamata kedua anak-anak kakak beradik, Jem (laki-laki) dan Scout (perempuan). Mengambil tempat di Maycomb negara bagian Alabama, film ini bercerita soal Amerika di saat krisis ekonomi (great depression) sedang berlangsung yang membuat sengsara banyak warga Amerika. Alabama merupakan negara bagian yang terletak di bagian selatan Amerika Serikat. Negara-negara bagian di selatan terkenal sebagai negara yang mengembangkan pertanian sehingga perbudakan menjadi hal yang “lumrah” di selatan dibanding di utara. Maka dari itu, praktek segregasi juga lebih lama berlangsung di bagian selatan. Misalnya sekolah, orang-orang kulit putih dan hitam pergi ke sekolah yang berbeda. Historically Black College/University menjamur untuk menjawab kebutuhan orang kulit hitam untuk pendidikan tinggi. Bis pun dibagi-bagi, ada bis buat kulit putih dan buat kulit hitam. Begitu juga restoran dan tempat-tempat publik lainnya. Walaupun menganut kebijakan “separate but equal” (terpisah namun setara), tetap saja diskriminasi tidak bisa dihindari. Continue reading “Cerita tentang Hitam dan Putih: Refleksi dari To Kill a Mockingbird”

Aku (Masih) Tidak Lupa

aku masih tidak lupa
bau khas badanmu
serasa menempel di hidungku
dan tak mau pergi

aku masih tidak lupa
pandangan dalam matamu
serasa masih sangat dekat di mataku
dan tak kunjung habis

aku masih tidak lupa
tawa canda lepasmu
serasa masih terngiang di telinga
dan tidak selesai juga

aku masih tidak lupa
pelukan terakhirmu
di bandara sore itu
serasa masih menyentuh tubuhku
dan tidak lepas juga

aku masih tidak lupa
tidak akan bisa lupa

ah…

Little Rock, 4/28/2010 12:33AM
Otak berasap

Spring 2010

Hujanku, (masih) Rinduku!

Hujanku datang siang tadi
Hujanku rinduku, dari balik jendela
Tanpa kabar, tanpa tanda
Menjawab kerinduanku
yang belum juga habis padanya

Hujanku masih deras sore ini
Menemani hatiku yang sendu
Mimpi-mimpi yang masih indah
dan rindu yang semakin dalam

Tampaknya dia belum tega meninggalkan aku
Setelah libur di musim dingin
Langit mendadak mendung
Dengan malu-malu, gerimisnya datang
lalu mendadak deras

Angin sepoi-sepoi menerpa mukaku
Ketika aku melogok ke luar jendela
Menerbangkan poni-poni rambutku

Jalanan yang basah, hijau pohon yang mengkilap
dan bau tanah yang menyengat…ah…
beberapa detik sempat tak sadar
aku tersenyum

tersenyum menyadari
bagaimana bumi bekerja
menyeimbangkan dirinya
ada salju, ada panas, lalu turun hujan

tersenyum menyadari
aku ternyata belum mati juga
setelah dibombardir tugas
juga rindu pada kekasih
yang semakin luar biasa

tersenyum menyadari
betapa kasih sayang Tuhan melimpah
tapi seringkali aku yang lupa

Terima kasih hujan
Terima kasih telah mampir hari ini
dan tolong sampaikan pada Tuhan
Terima kasih telah masih sayang padaku

@RDS Little Rock

Jumat 23 April 2010 6:44PM

Selingkuh itu Candu!

<i>Hanya 3-5% binatang ciptaan Tuhan yang monogami termasuk di antaranya <a href=”http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://community.travelchinaguide.com/forum2.asp%3Fi%3D44294″>elang, laba-laba Argiope Aurantia, dan buaya.</a> Bahkan <a href=”http://id.wikipedia.org/wiki/Manusia”>manusia (homo sapiens) baik laki-laki ataupun perempuan</a>, sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi, tidak termasuk.</i>
<Photo 1>
Harap jangan marah. Bisa jadi saya salah melakukan riset. Tapi fakta-fakta di atas saya temukan di beberapa situs. Jadi bisa jadi ada benarnya.
Di sela-sela tugas sekolah, saya masih sempat menonton infotainment. Sampai Amerika pun, kebiasaan buruk saya ini tidak bisa hilang juga. Tapi bisa jadi ini lumrah adanya karena seorang kawan saya pernah berkata bahwa keingintahuan manusia dalam bentuk paling rendah berwujud gosip dan paling tinggi berwujud ilmu. Jadi bisa pembenaran. Menuntut ilmu, lalu menonton gosip. Asoy!
Akhir-akhir ini, infotainment masih ramai memberitakan gosip-gosip teranyar dari diva negeri ini yang konon berselingkuh dengan pengusaha asal negara tetangga. Tulisan ini tentu saja tidak akan membahas mereka, tapi lebih ingin membahas selingkuh.
Saya pernah takut menikah karena saya takut bertemu laki-laki yang tidak setia, padahal belum tentu juga saya perempuan yang setia. Namun ternyata, alam menakdirkan lain. Setelah ketakutan beberapa saat, saya bertemu dengan laki-laki yang membuat saya sedikit demi sedikit jadi pemberani. Saya seringkali membahas ini dengan ayah saya yang pernah bilang banyak suami yang berselingkuh dengan istri-istri orang lain karena biar lebih aman. Itu praktek yang pernah dia lihat di antara kawan-kawannya.
Saya pernah berpikir. Apa itu definisi selingkuh. Dulu pernah saya melihat serial <a href=”http://www.imdb.com/title/tt1000774/”>Sex and the City</a>, ketika Carrie Bradshaw menulis di kolomnya tentang apa arti selingkuh. Yang menarik, ada pendapat yang bilang kalau tidak ketahuan, berarti belum selingkuh. Atau malah ada yang percaya bahwa ketika sudah memikirkan orang lain yang bukan pasangan, itu sudah pasti selingkuh. Atau ada yang juga berpendapat, kalau belum melakukan hubungan intim, itu belum selingkuh. Perbedaan ini, untuk saya, menarik sekali. Bisa jadi memang tidak ada definisi yang baku.
Dari beberapa kasus perceraian kawan-kawan saya, ternyata tidak semua perselingkuhan terjadi karena kondisi keluarga tidak baik. Ada yang bilang, “Duh, Wi. Padahal gue merasa rumah tangga gue baik-baik saja. Tapi ternyata.” Buat saya ini menakutkan. Bisa jadi menurut kita semua relatif baik-baik saja, tapi belum tentu menurut pasangan. Karena buat saya, salah tidak pernah sendiri. Bisa jadi ada hal-hal yang tidak memuaskan, tapi tidak dikomunikasikan. Tidak ada komunikasi bukan berarti semua baik-baik saja. Tidak ada konflik, bukan berarti semuanya lancar-lancar saja. Bahkan saya menganggap kalau tidak pernah konflik, berarti sebuah hubungan itu sama sekali tidak sehat. Dan lagi-lagi, komunikasi memang penting sekali.
Jadi selingkuh itu apa? Ini barang abstrak yang oke punya. Definisinya pun beragam. Bisa jadi definisi kita dengan pasangan pun tidak sama. Ini hal yang sangat kompleks.
<a href=”http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php”>Kamus Besar Bahasa Indonesia online</a> mendefinisikan:
<i>se·ling·kuh: 1) suka menyembunyikan sesuatu untuk kepentingan sendiri; tidak berterus terang; tidak jujur; curang; serong; 2) suka menggelapkan uang; korup; 3) suka menyeleweng</i>
Dalam konteks hubungan intim (baca: pacaran, pernikahan), apa sih batasnya selingkuh itu. Apakah kalau ada laki-laki yang suka sama saya, itu selingkuh? Atau kalau ada perempuan yang suka suami saya, itu juga selingkuh? Apalagi, kawan saya banyak yang laki-laki, dan kawan dia juga banyak yang perempuan.
Atau, kalau suatu hari saya melihat suami saya jalan bareng dengan perempuan lain, apakah saya harus kebakaran jenggot? Atau sebaliknya dia yang harus kebakaran jenggot kalau lihat saya jalan dengan laki-laki lain? Padahal bisa jadi itu cuman pembicaraan bisnis, atau hanya sekedar bertemu kawan-kawan.
Saya dan suami menyadari ini: bahwa selingkuh itu punya kompleks, bisa didefinisikan berbeda-beda, dan seringkali memang tidak pernah diniati. Beberapa kali obrolan menarik terjadi karena membahas ini. Akhirnya, memang harus dikembalikan kepada niat awal kami bersama-sama (baca: menikah). Niat ingin berbahagia bersama-sama membentuk keluarga yang <a href=”http://mtamrinh.blogspot.com/2010/02/arti-sakinah-mawaddah-warahmah.html”>sakinah, mawaddah, dan warrahmah.</a>
Ketiga kata-kata ini sering dikatakan ketika orang mendoakan orang yang baru menikah. Namun bisa jadi kita belum tahu apa artinya. Tulisan ini saya kutip dari blog-blog yang saya temukan (klik link di atas). Sakinah itu adalah pondasi bangunan pernikahan yang tanpanya, mawaddah dan warahmah tidak bisa ada. Sakinah itu meliputi kejujuran, iman, dan taqwa kepada Tuhan. Ketika ada jujur dan takut kepada Tuhan, maka timbul mawaddah yaitu kasih dan sayang. Semua makhluk diberikan kemampuan menyayangi, bahkan penjahat pun pasti sayang kepada anaknya dan binatang buas seperti harimau juga begitu. Kata terakhir, warrahmah, berhubungan dengan kewajiban. Kewajiban untuk menjaga satu sama lain yang menurut saya, juga menjaga agar diri kita dan pasangan dari godaan-godaan duniawi.
Semakin kompleks. Jadi, sekali lagi, selingkuh itu apa? Mungkin sederhananya, selingkuh itu adalah pengkhianatan terhadap kepercayaan pasangan yang sudah diberikan kepada kita. Dan sekali lagi, karena manusia tidak ada yang sama, standardnya dikembalikan lagi kepada manusia yang bersangkutan. Seringkali orang-orang takut membahas ini dengan pasangannya. “Lagi cinta-cintaan kok mbahas selingkuh,” begitu kata teman saya. Tapi bisa jadi memang harus dibahas saja karena mencegah selalu lebih baik daripada mengobati.
Saya tidak mau membicarakan poligami di sini karena saya banyak tidak sepakat dengan banyak praktiknya hari ini. Bahkan Nabi Muhammad SAW, manusia berakhlak mulia di muka bumi pernah berdoa: Ya Allah hanya inilah yg bisa aku berikan semampuku, jangan cela aku karena rasa yg aku berikan kepada istri-istriku (http://www.mail-archive.com/media-dakwah@yahoogroups.com/msg09979.html).
Kembali lagi kepada selingkuh. Alasan orang-orang berselingkuh bisa beragam. <i>”Duh, Wi, abis gimana ya, suami gue sibuk banget sih. Duh, Wi, abis istri gue itu lho, masa’ gue pulang kerja ga diambilin minum. Duh, Wi, abis istri gue boros banget sih. Duh, Wi, abis suami gue ngorok kalo tidur. Duh, Wi, abis.. bis.. bis… “</i>
Alasannya bisa apa saja, bahkan seringkali alasan kecil. Betul sekali. Namun kembali lagi kepada niat yang pernah diniatkan dan janji yang pernah kita ucapkan. Sungguh mengerikan, karena kita sungguh tidak pernah tahu godaan apa yang menunggu di depan. Jadi memang ada baiknya komunikasi memang harus selalu dibenahi dan ditingkatkan.
Saya masih percaya semua manusia punya nurani yang tidak akan pernah bisa dibohongi. Nurani akan mengingkatkan kita akan batas-batas itu. Tinggal pilihan kita mau mendengar atau tidak. Saya juga percaya bahwa cinta itu kata kerja. Mencinta, seperti halnya kata-kata kerja lainnya misalnya mencangkul, mengendarai sepeda, mendaki gunung, membaca berita, memasak, memang sebuah kerja keras dan proses aktif.
Ke sini-sini, saya  merasa bahwa mencintai dan dicintai bukan hubungan sebab akibat karena kita tidak sedang transaksi di pasar dimana ada uang ada barang. Cinta itu, seperti semua hal di dunia ini punya konsekuensi logis. Ketika berani mencinta, berarti berani berkomitmen, untuk terus sama-sama bekerja keras mencinta, termasuk di dalamnya untuk menjaga kesepakatan dan janji yang pernah diucapkan atau disetujui. Apapun resikonya. Kalau masih cinta, kerja kerasnya adalah termasuk mencintai kekurangan pasangan dan bersama-sama berproses menjadi orang yang lebih baik lagi.
Ini juga wajib saya ingat bahwa menjadi suami yang baik itu proses. Jadi istri yang baik juga. Dan, memang semestinya indah berproses tumbuh bersama-sama.
Bukan pekerjaan ringan mencinta itu.
Selingkuh pun bisa menjadi candu karena manusia menyukai tantangan yang membuat adrenalin naik dan turun. Sekali dimulai, akan susah berhenti. Apalagi selingkuh memang tidak pernah diniatkan. Pastinya, memang harus terus hati-hati, selalu ingat bahwa Tuhan melihat (walau pasangan tidak) dan minta Tuhan melindungi.
Semoga kita bisa terus menjaga komitmen dan integritas. Amin. Wallahu alam.
<i>*saya empati terhadap buaya yang sering dikaitkan namanya kepada “laki-laki buaya” (artinya suka berselingkuh). Padahal buaya itu monogami, setia dengan satu buaya sampai mati. bahkan buaya jantan akan mengamuk bilang buaya betina didekati jantan yang lain.</i>
@RDS, Little Rock
23 April 2010, 1:50AM
di saat kram otak

Hanya 3-5% binatang ciptaan Tuhan yang monogami termasuk di antaranya elang, laba-laba Argiope Aurantia, dan buaya. Bahkan manusia (homo sapiens), sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi, tidak termasuk.

Harap jangan marah. Bisa jadi saya salah melakukan riset. Tapi fakta-fakta di atas saya temukan di beberapa situs. Jadi bisa jadi ada benarnya.

Di sela-sela tugas sekolah, saya masih sempat menonton infotainment. Sampai Amerika pun, kebiasaan buruk saya ini tidak bisa hilang juga. Tapi bisa jadi ini lumrah adanya karena seorang kawan saya pernah berkata bahwa keingintahuan manusia dalam bentuk paling rendah berwujud gosip dan paling tinggi berwujud ilmu. Jadi bisa pembenaran. Menuntut ilmu, lalu menonton gosip. Asoy! Continue reading “Selingkuh itu Candu!”

Rain Man: Belajar Mencintai yang Autis

Iya ih, autis banget si loe!

Percakapan pendek seperti ini kerap terdengar di masa sekarang ini, apalagi sekarang terkenal gaya bahasa lebay dan alay. Saya pun pernah yang termasuk memakai becandaan ini. Sampai suatu ketika sahabat lama saya berkata, “Deu, kasihan dong Sayang yang autis beneran.” Lalu saya pun berpikir. Benar juga adanya. Rasanya tidak benar becandaan saya itu.

Lambat laun, saya pun semakin diterpa isu autisme. Ketika kawan saya yang punya anak penderita autis bilang, “Wi, anak gue autis ringan. Gue sekarang harus serius cari duit biar dia bisa dapat pendidikan yang bisa sesuai dengan dia.” Saya yakin dia tidak sendiri. Ada banyak orang lainnya yang punya anak atau anggota keluarganya menderita autis. Continue reading “Rain Man: Belajar Mencintai yang Autis”

Carpediem en Mementomori

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (Al-Qur’an, Surat Al-Asr, 1-3)

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Al-Qur’an, Surat Ar-Rahman: 13, 16, 18, 21, 23, 25, 28, 30, 32, 34, 36, 38, 40, 42, 45, 47, 49, 51, 53, 55, 57, 59, 61, 63, 65, 67, 69, 71, 73, 75, 77 **31 kali disebut)

Di sela-sela 14 paper yang harus saya kerjakan di bulan April ini, yang membuat saya belum gila juga, saya kembali ingin menulis untuk bisa menghimpun semangat dan konsentrasi.
Mati
Saya baru saja kepikiran beberapa hari ini, terutama setelah salah seorang kawan baik saya meninggal mendadak di apartemennya minggu lalu. Berita yang sungguh mengejutkan dan menyedihkan di waktu yang sama, apalagi dia masih muda dan tidak punya sakit berat sepengetahuan saya. Saya masih kadang menangis kalau ingat kawan saya ini, apalagi kalau ingat bahwa saya ternyata masih takut dan belum siap mati.

Kematian kawan saya itu membuat saya berpikir keras soal banyak hal, terutama kesiapan saya menghadap Tuhan Allah seorang diri. Kesiapan yang artinya bukan uang yang saya punya, bukan ilmu yang saya pelajari, bukan jabatan yang saya raih, bukan berapa banyak teman yang saya punya, bukan umur yang saya punya. Bukan itu. Lebih kepada amal kebaikan, untuk apa uang, ilmu, jabatan, teman, dan umur. Apakah untuk menciptakan kebaikan, atau malah kerusakan di muka bumi. Continue reading “Carpediem en Mementomori”

Harapan: Pelajaran dari Shawshank Redemption

Dewi: Gue tadi kirim email ya, W.
HW: Soal apa?
Dewi: Itu lho, pingin tahu film-film apa yang harus gue tonton
HW: Oh, mumpung inget, coba The Shawshank Redemption

HW, adalah panggilan pendek untuk Agung Harsya, salah satu orang yang selalu saya tanya soal film. Bukan hanya karena dia adalah sahabat saya nonton film, tapi karena dia penonton dan penikmat film. Jadi, apa yang menjadi pilihannya, penting untuk menjadi salah satu referensi dalam memilih film yang akan saya tonton.

The Shawshank Redemption buat saya bukan kata-kata yang asing. Apalagi setelah saya sering buka Internet Movie Database (atau imdb) dimana film ini menjadi film nomor 1 dari 250 top film pilihan para penggemar film di situs ini. Namun, saya sering tidak menemukan film ini di Indonesia, padahal saya sudah pergi ke sentra-sentra DVD bajakan tanah air (enaknya tinggal di Indonesia). Continue reading “Harapan: Pelajaran dari Shawshank Redemption”