Belum lama ini, saya kembali ke Jakarta dari Banda Aceh menggunakan sebuah maskapai penerbangan nasional. Maskapai nasional yang selama ini masih digunakan karena tidak ada piihan lain yang relatif aman dan baik pelayanannya. Bukan berita baru, bahwa banyak maskapai di Indonesia yang kurang baik keamanan dan pelayanannya. Saya melihat perilaku-perilaku penumpang pesawat yang cenderung terburu-terburu. Seakan-akan, mereka bahkan tidak punya waktu untuk menghela nafas. Saya tidak membesar-besarkan. Misalkan saja, masuk ke dalam pesawat, seringkali saya melihat orang berebutan masuk; padahal pesawat masih butuh proses untuk memanaskan mesin dan bersiap-siap tinggal landas.
Di dalam pesawat, seakan-akan para penumpang takut tempat duduknya terisi oleh yang lain, maka seringkali mereka tidak mau menunggu penumpang di depannya yang sedang bersusah payah memasukkan bagasinya ke tempat penyimpanan di atas tempat duduk. Padahal, tetap saja, tidak sampai memakan waktu dua menit.
Alih-alih ngedumel, toh sebenarnya mereka bisa saja membantu. Setelah itu, orang-orang yang tahu bahwa barang-barang elektronik seperti handphone akan mengganggu persiapan penerbangan, mereka akan segera mematikan handphone. Yang kurang sadar, masih menekan tuts-tutsnya untuk membalas sms atau melanjutkan pembicaraan yang tertunda. Mereka baru akan mematikan alat-alat tersebut, setelah pramugari mengingatkan bahwa mereka akan segera lepas landas. Saya yakin, pasti ada beberapa orang yang lupa mematikan telepon genggamnya. Padahal, sinyal-sinyal telepon genggam dapat membahayakan penerbangan. Maka, lepas landaslah. Pada waktu-waktu ini, tidak terlihat perilaku orang-orang yang terburu-buru, toh pada saat ini kita hanya bisa menunggu pesawat sampai di tempat tujuan. Orang-orang biasanya memanfaatkan waktu untuk beristirahat, mengobrol, ataupun membaca buku.
Ketika pesawat baru saja menyentuh tanah, banyak orang yang serta merta membuka sabuk pengaman. Sudah ada aba-aba dari awak pesawat bahwa sabuk pengaman hendaknya baru dibuka setelah pesawat diparkir dengan sempurna, karena pada saat-saat inilah, sama seperti saat lepas landas, kondisinya sangat kritis. Tidak jarang, ada kasus pesawat tergelincir ketika akan parkir setelah mendarat. Pada penerbangan ini, saya juga melihat perilaku orang yang sangat tergesa-gesa. Dia berdiri dan akan mengambil barang, padahal pesawat belum berhenti. Toh, kalau pesawat tidak berhenti, dia pun tidak bisa turun. Setelah pesawat berhenti, orang-orang dengan tergesa-gesa berdiri, berebutan mengambil bagasi, dan lekas-lekas turun.
Manusia memang makhluk yang suka tergesa-gesa. Dan menunggu memang tidak menyenangkan. Namun, bukanlah kadang kita harus menghargai waktu dengan berusaha menikmatinya? Hanya beda beberapa detik saja, toh pesawat tidak akan pergi kalau memang belum siap dan penumpang tidak bisa turun bila pesawat belum berhenti. Saya hanya tersenyum heran, karena baru saja kepala saya terantuk barang milik orang yang dengan ceroboh mengambil barangnya dari atas tempat duduk saya. Tanpa mengucapkan maaf, lalu ngacir saja. Setergesa-tergesa itukah? Entahlah. Saya pun tidak habis pikir kenapa orang-orang tidak berusaha tenang dan santai bila naik pesawat. Apalagi, kalau perilku tersebut seringkali merugikan dan membahayakan penumpang yang lain. Karena saya tidak suka berebutan, maka seringkali saya merpersilakan orang-orang untuk duluan saja naik pesawat. Toh, saya masih berusaha menikmati waktu. 7 Februari 2007
(gambar diambil dari http://www.kompas.com