Merah Jambu

dan di kaki langit
aku lemparkan
pandangan rindu
sejauh-jauhnya

di bibir pantai
engkau tangkap
rindu
syahdu

sekali lagi
aku pekikkan ke udara
lewat hati malu-malu
aku masih merah jambu
kepadamu

pencuri hati
yang tidak bisa aku cegah
ah

3/18/2011
terimakasih Johann Pachelbe
untuk Classical Canon in D

Sendu Rindu, Remuk Redam

Akhir-akhir ini saya tidak bisa tidur di bawah jam 1 pagi. Bahkan biasanya bisa sampai hampir jam 3 pagi. Seperti pagi ini lagi, saya kembali tidak bisa tidur. Bisa jadi, karena saya minum kopi jam 8 malam tadi, tapi biasanya tubuh saya yang sudah penuh kafein ini asik-asik saja. Seringkali bahkan untuk tidurpun saya perlu kafein. Ah, dasar ketagihan kopi.

Saya tahu kenapa saya tidak bisa tidur. Bukan kafein jawabannya. Saya sedang sakit rindu kronis. Betul sekali, tampaknya konyol bukan? Tapi setelah saya analisis, setelah saya berdoa, dan jujur pada diri sendiri, saya sepertinya memang rindu. Banyak yang saya rindukan, salah satunya adalah suami saya itu. Baru 11 bulan kami menikah ketika saya harus berangkat sekolah ke Amerika. Ini sudah keputusan berdua yang kami piih dengan sadar dan dewasa, bahwa kami akan berpisah secara fisik. Kami sudah tahu konsekuensinya, salah satunya ketika harus merindu seperti ini. Continue reading “Sendu Rindu, Remuk Redam”