Setelah duduk dengan beberapa teman nongkrong malam tadi, saya kembali berpikir lagi. Pikiran-pikiran yang sebenarnya tidak perlu dipikirkan, toh saya sebenarnya sudah tahu, tapi tidak membuat saya akhirnya kembali memikirkan itu lagi. Soal berteman, suatu hal yang pada umur saya yang hampir 30 tahun, saya masih saja tidak mengerti.
Berteman. Saya tidak punya kamus Bahasa Indonesia di kamar saya, tapi yang saya pahami selama ini, teman adalah orang-orang yang sering mencipta waktu bersama-sama. Teman itu ada teman kerja, yaitu orang-orang yang sekantor, teman main, yaitu orang-orang yang seru diajak nongkrong. Yang pasti, kita bisa berteman orang lain, karena ada kepentingan di dalamnya. Entah disadari atau tidak, saya pikir kok naif sekali orang yang percaya bahwa ada teman yang benar-benar tanpa kepentingan.
Saya pikir, sah-sah saja berteman karena kepentingan. Tapi menurut saya, harus karena kepentingan yang baik dan saling menguntungkan. Teman yang baik seringkali disebut sahabat. Sahabat tentunya adalah orang yang kita senangi untuk dibagi apa saja. Dia ada ketika kita ingin berbagi bahagia, namun dia juga ada ketika kita ingin berbagi kesedihan, kegundahan, bahkan berbagi hal kotor seperti tai sekalipun. Namun, benarkah ada yang abadi di dunia ini?
Saya kembali mengerinyatkan dahi. Berpikir keras lagi.
Saya banyak kehilangan teman-teman dalam hidup saya, entah sengaja atau tidak, entah saya sadari atau tidak, entah saya mau atau tidak. Bisa jadi waktunya memang sudah habis saja. Tapi, semoga saja saya selalu bisa mengambil hikmah dari semua persahabatan dan pertemanan yang pernah saya jalin.
Kadang, di tengah keluguan dan kebodohan saya sebagai manusia, saya seringkali percaya 100 persen terhadap teman-teman saya. Bahwa mereka tidak akan menyakiti saya, bahwa mereka akan selalu setia. Tapi saya sering lupa, saya seharusnya waspada 100 persen juga terhadap mereka. Bukan waspada bahwa mereka akan menjadi jahat, tapi waspada bila mereka memang tidak menjadi teman kita lagi atau menghilang tiba-tiba. Waspada untuk selalu membuka ruang-ruang toleransi dan kompromi terhadap teman-teman saya, yang bisa jadi berbuat khilaf, yang bisa jadi menikam dari belakang, yang bisa jadi memilih cara-cara hidup yang berbeda dengan saya.
Apa sih definisi teman terbaik itu? Saya berpikir lagi.
Teman terbaik untuk saya adalah orang-orang yang menyenangkan, dimana saya tidak harus berpura-pura menjadi orang lain. Dimana saya tidak harus jaga image. Dimana mereka bisa membantu saya mengeluarkan potensi-potensi saya. Dan begitu pula sebaliknya. Saya bisa tidak menghakimi mereka, saya bisa menerima topeng terburuk mereka.
Teman terbaik, datang dan pergi, karena keindahan memang tidak pernah setia. Dan saya, sebagai manusia biasa yang dewasa, wajib mengamini bila mereka datang dan bila mereka pergi.
Dan akhirnya pun, saya menyadari lagi. Bahwa teman yang terbaik, yang paling setia, yang paling menyenangkan, yang paling bisa dipercaya, hanyalah Tuhan dan diri saya sendiri.
Saat ini, saya hanya akan menikmati orang-orang yang dikirim Tuhan dalam episode saya kali ini..
@DewiGreenjo-Azhari
7 April 2009, 12:10 AM
berasap-asap..
salut…… kita dgn kakak kita yg satu ini….
udah capek2 g tidur buat nulis tulisan2 yg beropini…
heheh…..
sukses kak dewi…. jgn lupa oleh2 nya
ckckckck…..
hehehe, bisa aja Aiey. makasih ya sudah mampir. lanjutkan. heheheh..
membaca ini mengingatkan saya ttg situasi yang terjadi pada saya baru2 saja
tentang teman, kadang saya berpikir, apakah saya punya teman sejati? apakah ada orng yg bisa berteman dengan saya tanpa mengambil keutungan yg negatif dari saya, apakah ia org ju2r yg bisa menerima saya apa adanya.
ah panjang bgt kalo mau dijabarnya, singkatnya, SAYA kehilangan teman,
curhat lagi *** dia sahabat saya sejak bangku SD, sampai umur saya hampir 24th, lalu dia menikah beberapa minggu yg lalu, dan sejak itu, saya kehilangan dia, dia merubah, mengacuhkan saya, dan tidak peduli dengan saya sperti biasanya,
Apakah saya yang berubah atw dia, samapi malam ini saya tidak tahu jawabanya, yang saya tahu pasti,
Apakah karena pernikahan, membuat saya kehilangan sahabat saya, atau tidak ada kah teman untuk saya
*** malam yang terus bimbang
@sara
Sara, teman terbaik emang cuma diri kita dan Tuhan aja. jadi emang harus percaya dan waspada di saat yang sama. dicari lagi ya temen2 baru. insya Allah akan ada yang Tuhan kasih. Amin.
terima kasih mbak atas doanya, Ya Saya baru Sadari, Saya rasa Saya Kehilangan Dia, atau dia yang Meninggalkan saya, bagi saya, tak apa, itu bagian dari perjalanan hidup saya, kita terlahir sendiri, dan matipun sendiri, saya menyadari, ketika bertemu, suatu masa akan berpisah, dan pada saat itu, saya harus sabar menghadapinya, ada yg datang, ada yang pergi, itulah kehidupan, Namun Tuhan, tak akan pernah pergi dari kita.
*** Kalo lagi inget sih, gondok juga kadang2
gud luck final-nya mba 😛
saya nantikan tulisan2 diblog selanjutnya…..JANGAN MALASNYA MENULIS