Dewi: Gue tadi kirim email ya, W.
HW: Soal apa?
Dewi: Itu lho, pingin tahu film-film apa yang harus gue tonton
HW: Oh, mumpung inget, coba The Shawshank Redemption
HW, adalah panggilan pendek untuk Agung Harsya, salah satu orang yang selalu saya tanya soal film. Bukan hanya karena dia adalah sahabat saya nonton film, tapi karena dia penonton dan penikmat film. Jadi, apa yang menjadi pilihannya, penting untuk menjadi salah satu referensi dalam memilih film yang akan saya tonton.
The Shawshank Redemption buat saya bukan kata-kata yang asing. Apalagi setelah saya sering buka Internet Movie Database (atau imdb) dimana film ini menjadi film nomor 1 dari 250 top film pilihan para penggemar film di situs ini. Namun, saya sering tidak menemukan film ini di Indonesia, padahal saya sudah pergi ke sentra-sentra DVD bajakan tanah air (enaknya tinggal di Indonesia).
Ketika sampai Amerika, saya pun berlangganan Netflix, sebuah rental DVD dengan koleksi yang luar biasa. Selain saya bisa mendapatkan 2 DVD perbulan yang dikirim ke apartemen saya, situs Netflix juga mempunyai koleksi film yang bisa saya tonton online kapan saja. Maka, film ini pun saya masukkan ke daftar film yang akan saya tonton.
Singkat cerita, minggu kemarin saya pun menginvestasikan sekitar 2 jam lebih untuk melihat film ini. Untuk saya, menonton film adalah sebuah investasi karena inilah juga waktu saya belajar untuk melihat dan mengerti dunia. Membaca juga hal yang menarik, tapi untuk saya film memberikan kenikmatan yang berbeda.
Mengambil tempat di tahun 1947 (filmnya sendiri dirilis tahun 1994), film ini dibuka oleh narasi Morgan Freeman yang memainkan karakter Red, seorang kulit hitam yang sedang menjalani hukuman di Penjara Shawshank. Dia didakwa melakukan pembunuhan. Selanjutnya film ini mengisahkan cerita Andy Dufresne (dimainkan dengan apik oleh Tim Robbins), seorang bankir di Maine yang didakwa membunuh istri dan selingkuhannya yang seorang pemain golf. Walaupun mengklaim tidak bersalah, Andy divonis hukuman penjara seumur hidup. Di malam ketika para tervonis ini sampai di penjara, Red dan kawan-kawannya bertaruh siapa yang akan mati duluan karena tidak tahan kehidupan penjara. Red pun memilih bahwa Andy yang tidak akan tahan, mengingat karena dia bankir kaya raya yang bisa jadi tidak kuat hidup di penjara. Tapi ternyata pilihannya keliru.
Andy ternyata cukup tahan banting. Padahal dia juga menjadi bulan-bulanan para tahanan homoseksual yang menamakan diri mereka “The Sister” yang suka memperkosa laki-laki yang mereka sukai. Tapi Andy tidak kenal takut. Walau sering babak belur karena dihajar, dia pun sanggup mempertahankan dirinya. Andy tergolong orang yang cukup pendiam pada awalnya. Lama-kelamaan, Andy pun ternyata bisa berteman main baik dengan Red. Persahabatan yang cukup unik kala itu mengingat rasisme adalah praktek-praktek yang masih umum kala itu (bahkan sampai hari ini, setidaknya di Amerika Serikat).
Hidup di penjara bukanlah hal yang menyenangkan. Apalagi dalam penjara Shawshank dimana sipir-sipir penjaranya sangat kejam. Mereka terkadang juga tidak adil kepada para tahanan, dan sering memasukkan tahanan-tahanan ke kamar hukuman dimana mereka dikurung di kamar yang miskin cahaya. Singkat cerita, Red dan Andy pun mendapatkan pekerjaan pelayanan di luar penjara. Suatu ketika sedang bekerja, Andy mendengarkan keluhan kepala sipir penjara Hadley (yang dimainkan oleh Clancy Brown) tentang pajak yang harus dibayarkan keluarganya. Andy pun akhirnya diperbantukan untuk menghitung pajak penghasilan yang harus dibayar para sipir penjara kepada negara karena dia punya keahlian di bidang ini. Kepala penjara Warden Norton (dimainkan oleh Bob Gunton) juga tidak menyia-nyiakan kesempatan ini untuk minta Andy mengurusi pembukuan penjara. Sebagai bayaran, Andy pun minta bir untuk dibagikan kepada teman-temannya. Selain Red, Andy juga berteman dengan Heywood (dimainkan oleh William Sadler).
Andy yang suka dengan artis Rita Hayworth memasang posternya di kamarnya. Memang di penjara yang serba tidak enak, memandang poster bintang kesayangan bisa menjadi obat untuk menguatkan hati. Setelah sekian tahun bekerja di laundry penjara, Andy pun akhirnya ditawari untuk bekerja di perpustakaan penjara yang kebetulan dijaga oleh Brooks Hatlen (dimainkan oleh James Whitmore). Selain membantu menyusun buku-buku, Andy juga rajin membantu para sipir penjara untuk membantu menghitung pajak dan merencanakan keuangan mereka. Posisi tawarnya di penjara pun menjadi semakin kuat ketika Andy berhasil menyulap perpustakaan penjara menjadi sangat bagus dan lengkap karena dia rajin mengirimkan surat kepada pemerintah negara bagian untuk membiayai perpustakaannya itu. Selama 6 tahun dia tidak pernah berhenti untuk minta dana. Uang US$200 diberikan kepada perpustakaan itu pada akhirnya, yang membuat Andy bersama teman-temannya bisa mempunyai perpustakaan yang nyaman dan lengkap.
Saya kagum sekali. Bahkan di penjara pun, orang-orang yang percaya akan hal-hal baik akan terus bisa memberdayakan dirinya dan teman-teman seperjuangannya. Mungkin tidak seperti tahanan penjara di Indonesia yang malah ikut menjual narkotika di dalam dan punya ruangan penjara seperti kamar hotel berbintang lima.
Beranjak kepada cerita berikutnya. Ada seorang tahanan anak muda yang baru masuk penjara ini. Sebut saja namanya Tommy (dimainkan oleh Gil Bellows yang juga memainkan tokoh Billy di serial Ally McBeal). Tommy yang kurang bisa membaca dengan tekun belajar dengan Andy yang menjadikan keduanya bersahabat. Suatu ketika, Tommy mengatakan bahwa dia kenal seseorang yang pernah mengaku membunuh seorang pemain golf dengan kekasihnya, yang tidak lain adalah almarhumah istrinya. Andy pun terhenyak. Dia tahu bahwa fakta ini bisa dibawa lagi untuk persidangan dengan Tommy sebagai saksi. Karena dia masih terus berharap untuk bisa keluar dari penjara. Tapi Norton kepala penjara malah belakangan membunuh Tommy, karena ternyata Norton tidak mau Andy bisa keluar dari penjara itu. Tommy yang muda dan sedang ingin belajar insaf mati ditembak sipir, sedangkan Andy dihukum lagi masuk ke kamar gelap.
Ternyata Norton melakukan praktik-praktik kecurangan. Di luar pekerjannya, dia sering menang tender untuk mengerjakan proyek-proyek di luar penjara dengan mempekerjakan para tahanan menjadi pekerjanya. Dia pun melakukan pencucian uang dengan menyimpan uang hasil pekerjaan haramnya di beberapa bank. Andy pun tidak punya pilihan untuk membantu membuat laporan keuangannya.
Andy pun mengatakan pada Red bahwa dia tidak bersalah. Dia ingin bebas. Dia pun menceritakan kepada Red, kalau sampai dia nanti bebas, dia harus pergi ke tempat dimana Andy dulu melamar almarhum istrinya. Andy juga menyebut nama kota Zihuatanejo, sebuah desa di pantai Pacific di Meksiko dimana Red harus pergi ke sana kalau bisa bebas.
Suatu malam, hujan badai datang. Andy pun baru selesai membuat laporan keuangan seperti biasa. Ketika dia selesai, Norton pun minta Andy untuk nanti menyuci bajunya dan menyemir sepatunya. Andy pun setuju saja. Keesokan harinya, terjadi hal mencengangkan di penjara Shawshank. Sel Andy kosong. Dia telah kabur. Red pun hampir disiksa karena Red harusnya tahu dimana Andy, tapi Red pun sama terkejutnya. Di balik poster cantik Rita, Norton menemukan terowongan yang diduga menjadi pintu kabur Andy. Ternyata benar sekali. Andy telah membuat terowongan itu selama 19 tahun lamanya berbekal sebuah palu kecil yang dihadiahkan Red di awal pertemanannya dahulu. Berbekal harapan untuk bebas, Andy berhasil membuat terowongan itu dan kabur.
Yang membuat saya terpana adalah ternyata Andy bukan hanya kabur. Tapi dia juga membawa serta bukti-bukti kotornya penjara Shawshank. Ketika berhasil kabur, Andy tidak lupa memberikan laporan ini kepada surat kabar yang pastinya langsung menjadi headline. Norton berada di posisi terjepit yang akhirnya memilih bunuh diri sebelum diperiksa polisi. Andy pun ternyata juga membawa dokumen Norton seperti kartu identitas dan nomor jaminan sosial yang digunakannya untuk mengambil uang Norton di bank.
Kabur. Dan kaya raya. Luar biasa.
Singkat cerita, manajemen penjara diganti. Dengan begitu, Red akhirnya bisa bebas dari penjara Shawshank karena sistemnya lebih adil sekarang ini. Red diberi remisi dan bebas setelah 30 tahun. Red pun menghirup udara kebebasan dan tidak lupa menyusul Andy ke kota Zihuatanejo.
Buat saya, film ini sebenarnya beralur lambat. Bisa jadi ini adalah tipikal film yang diadopsi dari novel. Film ini dibuat atas novel Stephen King yang berjudul Rita Hyworth and Shawshank Redemption. Pada awalnya saya pikir ini hanya cerita soal penjara dimana terjadi beberapa intrik di dalamnya. Seperti film-film penjara pada umumnya. Tapi ternyata kekuatan ceritanya membuat saya berdecak kagum. Akhir yang sangat tidak disangka. Freeman dan Robbins pun memainkan karakternya dengan sangat luar biasa di sini.
Film ini memenangkan 12 penghargaan lain namun gagal di Oscar. Padahal, film ini dinominasikan Oscar untuk tujuh kategori termasuk aktor terbaik (Morgan Freeman), cinematografi terbaik, editing film terbaik, musik score terbaik, musik terbaik, penulisan terbaik, dan film terbaik. Tapi tidak menang sama sekali. Forrest Gump keluar sebagai film terbaik kala itu.
Tapi film yang distradarai oleh Frank Darabont ini sangat menggoreskan kesan mendalam buat saya. Setidaknya ini juga yang dikatakan seorang kawan saya dari Afrika Selatan yang bilang bahwa film ini juga menjadi pembicaraan di negaranya, yang baru bebas dari apartheid di tahun 1994. Betapa harapan bisa membuat seseorang sanggup bertahan hidup bahkan dalam keadaan paling sulit sekalipun. Harapan untuk bebas membuat Andy dan Red sanggup bertahan di penjara.
Setidaknya saya diingatkan lagi bahwa harapan bukan omong kosong surga yang sering diagung-agungkan pemujanya. Tapi harapan untuk kehidupan yang lebih baik akan memberikan energi bagi manusia untuk membayangkan hidup yang ingin mereka punya dan menjadikannya nyata.
Harapan hanya bekerja buat yang percaya. Indonesia lebih baik, itu harapan saya. Dan semoga Anda juga berharap dan mengusahakan yang sama.
Trailer-nya bisa dilihat di sini
@Little Rock, 28 Maret 2010, 16:40