Dari lubuk hati
Kepada semesta aku bertanya
Seperti apa bahagia itu
Lewat angin musim dingin
Yang bertiup malu-malu
Langit biru itu pelan-pelan membisikkan sesuatu
“Bahagia itu,
adalah ketika rindumu selalu sampai kepada yang kamu rindukan”
Bunga-bunga pun mulai tumbuh lagi
Membawa harapan musim semi
Juga mengulum senyum dan ikut berbisik
“Bahagia itu,
adalah ketika jarak jauh tidak menjadikan cintamu kelu”
Senja juga begitu
Walau jarang datang di antara kelabu musim dingin
Sore ini dia mampir dan berkata
“Bahagia itu,
adalah ketika kamu bangun tidur sendiri, tapi merasa bahwa dia ada di sampingmu”
Sore tadi,
Tupai dan tikus hutan gendut itu masih saja berlarian
Seakan tidak sabar menunggu matahari kembali bersinar
Candanya seakan mengatakan
“Bahagia itu,
adalah ketika kamu tidak pernah lupa bahwa dia masih terus menunggumu”
Lewat bintang-bintang yang berkedip-kedip
Bergantian di langit kelam musim dingin
Bulan menyampaikan salam
“Bahagia itu,
adalah ketika kamu selalu ingat bahwa Tuhan sangat sayang padamu”
“Bahagia itu,”
Kata fajar tadi pagi
“Adalah ketika kamu tidak pernah berhenti bersyukur
Atas nikmat Tuhan yang sering kamu dustakan itu”
“Karena bahagia itu,”
Ujar Elang malam
“Sudah diteteskan Tuhan
Ketika Dia menciptakan kamu dan dia”
(c) RDS, 3 Maret 2010 00:40