Tikus mondok sedang berkelakar
bersama Tupai
menikmati hangat musim semi
tiba-tiba dia berhenti
“Hai Perempuan, itu air mata apa?”
aku pikir kamu senang karena musim semi tiba
matahari akan tidak pergi lagi
bunga-bunga siap mekar kembali
hujan pun akan datang sesekali
jadi itu air mata apa
katakan padaku
Bahagia itu, [jawabku sok tahu]
Adalah ketika kamu tersenyum lebar kepadaku
Ketika kamu memandang mataku dalam-dalam
dan kecup pipiku dengan lembut
[Kamu pernah tanya lagi
Bahagia itu ada tidak?]
Bahagia itu jelas ada, [jawabku masih sok tahu]
Bahkan Tuhan sudah teteskan ketika Dia berniat menciptakan aku dan kamu
Dan sudah Dia gariskan di saat kita lahir dan belum saling mengenal
Musim telah berganti
Putih salju mencair
Karena hangat mentari menghendakinya
Ditemani sepoi angin musim semi
Musim telah berganti
Tikus mondok sudah berlarian lagi
Bekejar-kejaran dengan tupai
Ditonton burung-burung
Kegirangan karena Tuhan pun tertawa
Musim telah berganti
Namun,
Bercerita tentangmu
Aku tak pernah bosan
Apalagi ketika ditemani rindu
Yang terekam jelas
Pada entah ke berapa ratus cangkir kopi
tanpa kamu ada di sampingku Continue reading “Kita, Keras Kepala”
Siapakah yang lebih beriman
Dia yang berkerudung/berjenggot dan menganggap yang tidak berkerudung/berjenggot tidak lebih baik dari dia
Atau dia yang rambutnya panjang tergerai indah sekali atau yang tidak berjenggot tapi tidak pernah berkata jelek tentang saudaranya
Siapakah yang lebih beriman
Dia yang mulutnya penuh bahasa Arab untuk jualan dakwah
Atau dia yang buta huruf tapi terus mengajak kepada kebaikan
Siapakah yang lebih beriman
Dia yang berzakat jutaan rupiah lalu menceritakannya
Atau dia yang miskin tapi menyapu jalan dari duri hingga saudaranya tidak celaka Continue reading “Siapa?”