Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (Al-Qur’an, Surat Al-Asr, 1-3)
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Al-Qur’an, Surat Ar-Rahman: 13, 16, 18, 21, 23, 25, 28, 30, 32, 34, 36, 38, 40, 42, 45, 47, 49, 51, 53, 55, 57, 59, 61, 63, 65, 67, 69, 71, 73, 75, 77 **31 kali disebut)
Di sela-sela 14 paper yang harus saya kerjakan di bulan April ini, yang membuat saya belum gila juga, saya kembali ingin menulis untuk bisa menghimpun semangat dan konsentrasi.
Saya baru saja kepikiran beberapa hari ini, terutama setelah salah seorang kawan baik saya meninggal mendadak di apartemennya minggu lalu. Berita yang sungguh mengejutkan dan menyedihkan di waktu yang sama, apalagi dia masih muda dan tidak punya sakit berat sepengetahuan saya. Saya masih kadang menangis kalau ingat kawan saya ini, apalagi kalau ingat bahwa saya ternyata masih takut dan belum siap mati.
Kematian kawan saya itu membuat saya berpikir keras soal banyak hal, terutama kesiapan saya menghadap Tuhan Allah seorang diri. Kesiapan yang artinya bukan uang yang saya punya, bukan ilmu yang saya pelajari, bukan jabatan yang saya raih, bukan berapa banyak teman yang saya punya, bukan umur yang saya punya. Bukan itu. Lebih kepada amal kebaikan, untuk apa uang, ilmu, jabatan, teman, dan umur. Apakah untuk menciptakan kebaikan, atau malah kerusakan di muka bumi. Continue reading “Carpediem en Mementomori”