Menuhankan senjata di Kota Tuhan: City of God

“Elo harus nonton film itu, Wi! That’s one of the best ones.”

Saya masih ingat kata-kata Agung Harsya Wardhana sahabat saya dan juga kawan saya nonton itu. Setelah sekian lama, akhirnya saya nonton juga. City of God (Cicade de Deus), sebuah film berbahasa Portugis keluaran tahun 2002. Film ini adalah sebuah karya duo sutradara Fernando Meirelles dan Katia Lund yang diadopsi dengan apik oleh Braulio Mantovani dari sebuah novel dengan judul yang sama karya Paulo Lins yang terbit di tahun 1997. Menjadi lebih menarik karena novel ini diinspirasi sebuah kisah nyata.

Film ini dibuka dengan segerombolan pemuda mengejar ayam yang ketakutan karena akan dipotong. Seekor sebelumnya telah dikuliti. Mungkin karena takut, ayam yang masih hidup ini lari. Segerombolan pemuda dengan sejata lantas mengejar ayam ini, ketika seorang fotografer muda bernama Rocket ada di tempat kejadian itu. Tiba-tiba dari arah berlawanan, mobil polisi datang. Namun jumlahnya kalah banyak. Daripada mati konyol, polisi ini pun lari meninggalkan arena sampai akhirnya sebuah letusan senapan terdengar. Continue reading “Menuhankan senjata di Kota Tuhan: City of God”

Belajar dari Bill Clinton

Ngobrol dengan Presiden Clinton (koleksi pribadi)

Saya bertemu Presiden Clinton! Jumat, 20 November 2009 bisa jadi salah satu hari yang bersejarah dalam hidup saya. Siang itu, saya bercakap-cakap dengan President Clinton bersama rekan-rekan sekelas. Tiga jam lamanya, sekitar 40an mahasiswa Clinton School for Public Service, sekolah yang dibangun atas namanya, bisa bertanya jawab dengan presiden Amerika ke-42 ini.

Terlahir tanggal 19 Agustus 1946, William Jefferson Clinton adalah salah satu presiden termuda di Amerika. Menurut Wikipedia, dia adalah presiden termuda ketiga setelah Theodore Roosevelt dan John F. Kennedy ketika terpilih dan masuk istana. Satu yang tidak bisa saya lupa, Presiden Clinton pernah bertemu Presiden Kennedy ketika dia masih kuliah. Presiden Kennedy pun bilang bahwa Bill akan jadi presiden kelak. Ramalan yang tepat, atau bisa jadi ini adalah ramalan yang dipenuhi sendiri. Continue reading “Belajar dari Bill Clinton”

Menangis

Saya ini gampang sekali menangis. Lihat sedikit yang sedih dan mengharukan saja, air mata saya bisa mengalir. Siang ini misalnya. Saya melihat tayangan Kick Andy di website Metro TV soal Iwan Fals yang akhirnya mau bicara di acara ini. Saya menangis ketika Andy berhasil mempertemukan Iwan dengan kawan-kawan lamanya. Saya menangis ketika Iwan dan Yos istrinya bercerita ketika Galang Rambu Anarki anaknya meninggal dunia. Saya menangis ketika Iwan menyanyikan lagu Aku Menyayangimu, sebuah musikalisasi puisi Kiai Haji Mustofa Bisri. Ah, saya memang tidak bisa lepas dari air mata.

Pernah saya berpikir apakah saya ini perempuan yang cengeng karena saya gampang sekali menangis. Tapi kok saya sanksi, karena sekenalnya saya dengan diri saya sendiri, saya ini tidak cengeng. Saya kuat. Saya perkasa. Seorang sahabat saya pernah berkata, frekuensi saya menangis bisa jadi hampir sama banyaknya dengan frekuensi saya tertawa. Ada-ada saja, saya pikir. Tapi, pengamatan kawan saya itu mungkin ada benarnya. Continue reading “Menangis”

Sendu Rindu, Remuk Redam

Akhir-akhir ini saya tidak bisa tidur di bawah jam 1 pagi. Bahkan biasanya bisa sampai hampir jam 3 pagi. Seperti pagi ini lagi, saya kembali tidak bisa tidur. Bisa jadi, karena saya minum kopi jam 8 malam tadi, tapi biasanya tubuh saya yang sudah penuh kafein ini asik-asik saja. Seringkali bahkan untuk tidurpun saya perlu kafein. Ah, dasar ketagihan kopi.

Saya tahu kenapa saya tidak bisa tidur. Bukan kafein jawabannya. Saya sedang sakit rindu kronis. Betul sekali, tampaknya konyol bukan? Tapi setelah saya analisis, setelah saya berdoa, dan jujur pada diri sendiri, saya sepertinya memang rindu. Banyak yang saya rindukan, salah satunya adalah suami saya itu. Baru 11 bulan kami menikah ketika saya harus berangkat sekolah ke Amerika. Ini sudah keputusan berdua yang kami piih dengan sadar dan dewasa, bahwa kami akan berpisah secara fisik. Kami sudah tahu konsekuensinya, salah satunya ketika harus merindu seperti ini. Continue reading “Sendu Rindu, Remuk Redam”