Minta maaf, memaafkan, dan mengucapkan terima kasih

Tiga kata kerja di atas, bahkan orang tuli dan buta sekalipun, akan mengerti apa artinya. Namun, tidak semua manusia di dunia ini tahu bagaimana melakukannya. Karena diperlukan bukan hanya kemampuan menyampaikan ketiganya dengan bahasa verbal atau isyarat, tapi juga diperlukan satu kondisi ego tertentu dari seseorang.

Iya, minta maaf, misalnya. Tidak semua orang dengan mudah mau minta maaf kepada orang lain, bahkan bila dirinya nyata bersalah. Karena tidak sedikit orang berpendapat bahwa minta maaf adalah sama dengan mengemis. Ketika meminta maaf, disadari atau tidak, posisi kita ada di bawah. Kita harus merendahkan diri kita, merendahkan ego kita, untuk minta orang lain memaafkan kesalahan kita.

Kedua, adalah memaafkan. Memaafkan adalah juga hal tidak mudah, karena memaafkan bukan berarti melupakan kesalahan orang kepada kita. Memaafkan berarti mengikhlaskan perasaan kita untuk menerima bahwa diri kita telah dikenai kesalahan orang lain, memaafkan berarti berdamai dengan diri sendiri dan orang yang berbuat kesalahan. Apalagi bila kesalahan tersebut bukan kesalahan yang sepele, hm, butuh kondisi mental yang sehat untuk bisa memaafkan dan melanjutkan hidup.

Yang terakhir adalah terima kasih. Orang sering lupa, bahwa ketika rezeki datang padanya, memang Tuhan yang memberi. Tapi pastinya, Tuhan tidak datang seorang diri mengantarkannya pada kita, tapi lewat perantara seseorang. Dan tentu saja, walau syukur sudah terucap pada Tuhan, namun rejeki tidak akan sampai pada Anda bila orang tersebut tidak menyampaikannya pada Anda. Namun, orang menganggap bahwa terima kasih adalah hal yang tidak perlu diucapkan. Padahal, sebenarnya itu sudah sesuatu yang mestinya universal.

Bahkan orang yang paling keras hatinya pun senang bila orang yang bersalah padanya minta maaf, atau senang bila orang yang pernah dia bantu mengucapkan terima kasih. Dan saya pikir, toh ego kita tidak akan habis bila kita minta maaf bila kita salah. Itu justru menunjukkan bahwa kita manusia yang beradab. Atau memaafkan orang lain. Kesalahan itu pasti banyak yang tampaknya tidak bisa dimaafkan, tapi bahkan mungkin saya harus mengingkatkan diri saya sendiri dan Anda yang membaca, bahwa Tuhan punya ribuan maaf. Begitu juga terima kasih, itu hal yang tidak akan menggerogoti ego Anda. Jadi, kenapa banyak yang masih lupa juga mengucapkan terima kasih ketika dibantu?

Apalagi, jika kita harus minta maaf kepada yang lebih muda umurnya, kepada yang lebih rendah statusnya, atau kepada semuanya yang lebih inferior dari kita. Ini benar-benar membutuhkan kemampuan rendah hati dan menyadari bahwa kita tetap manusia biasa yang tidak luput dari salah. Hal ini pasti tidak mudah untuk beberapa orang, apalagi yang memang di dalam darahnya ada sifat yang bernama arogan.

Tiga hal yang tampaknya simpel, tapi bisa membuat banyak hubungan rusak bila tidak mampu dilakukan dengan baik. Hmm, mari berkacalah lagi. Apakah kita golongan orang-orang yang mampu minta maaf, memaafkan, ataupun mengucapkan terima kasih?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *