HTS

Pernahkah Anda terjebak atau malah menikmati sebuah hubungan tanpa status (HTS)? Saya setidaknya pernah beberapa kali.

Apa sih sebenarnya HTS itu? Saya belum pernah melabelinya, tapi hts yang pernah saya lakoni dengan seorang laki-laki beberapa waktu silam itu lebih dalam dari sebuah persahabatan, tapi tidak berujung menjadi pacar.

Namun hubungan ini tidak bisa lagi dikategorikan sebagai teman, biasanya pasti lebih dari teman; tapi bukan juga pacaran, karena biasanya ga ada yang nyatain dan ga ada yang nerima/nolak seperti pacaran yang dipersepsi oleh orang-orang kebanyakan. Di dalamnya, juga dihiasi perasaan-perasaan berbau-bau sayang atau cinta, sedih bila dia pergi, senang bila dia ada. Perasaan-perasaan semacam itu lah.

Namun, kenapa orang memilih HTS? Tidak berusaha saja diresmikan atau disesuaikan dengan standar-standar yang dimiliki masyarakat? Bisa jadi, karena lawan hubungannya sudah resmi dengan orang lain (baca: Selingkuhan), karena tidak mau ada komitmen, atau tidak ada alasan apa-apa, merasa dekat dan cocok, tapi tidak juga mau menjadi “formal”. Atau mungkin ada alasan lain? Monggo saja, toh ini negara merdeka.

Selama tidak merugikan kedua belah pihak, aku rasa sah-sah saja. Tinggal bagaimana kita memanajemen perasaan agar tidak sedih atau kehilangan ketika dia tidak ada, atau mungkin, ketika hubungan itu harus berakhir..

HTS memang punya kenikmatan tersendiri. Coba saja kalau berani

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *