Karena sudah kelamaan sendiri dan kemudian berdua

Baru saja, saya bertemu dengan seorang teman perempuan yang menjenguk datang menjenguk karena saya sedang sakit. Memang sangat enak berteman dengan perempuan dalam beberapa konteks karena mereka cenderung lebih peka akan hal-hal. Namun, saya tidak mengatakan bahwa tidak enak berteman dengan lawan jenis.

Teman perempuan saya ini bercerita bahwa dia sedang dekat dengan seorang pria. Lebih tepatnya, pria ini berkehendak ingin terus dekat dengan teman saya ini. Tampaknya, pria ini sedang PDKT (baca: pendekatan). Teman saya ini bilang, bahwa dia senang-senang saja didekati laki-laki. Ah siapa juga perempuan yang tidak suka bisa disuki laki-laki. Bahkan, jika kita perempuan tidak suka dengan laki-laki yang mendekati itu, tetap saja jauh di lubuk hatinya, perasaan keperempuanannya pasti senang. Anugrah Tuhan bukan, ketika ada orang yang menyukai kita?

Teman saya ini sudah agak lama sendiri, menjomblo lah bahasa gaulnya. Sejak pindah ke negeri tanah rencong ini, dia memang belum lagi menjalin hubungan dengan laki-laki. Ketika ada seorang pria yang mendekatinya, dia pun belum lagi terbiasa. Ketika kemarin berbelanja membeli buah untuk saya, lelaki itu berbaik hati ingin membawakan buah yang dibeli teman saya. Tapi teman saya ini menolak. Beberapa kali. Sampai akhirnya, pria ini berkata, kamu tidak butuh laki-laki ya. Teman saya mengulum senyum dan berkata, ah, saya biasa mengerjakan apa-apa sendiri.

Teman saya berpikir, sudah nyaman sendiri, merdeka dan punya uang sendiri. Dan bisa jadi, saat ini dia tidak butuh laki-laki. Memang sulit membiasakan lagi bersama dengan lawan jenis apalagi bila sudah biasa apa-apa sendiri. Saya juga pernah mengalami hal yang sama. Sudah setahun saya menjalin hubungan dengan laki-laki itu, yang saya juga tidak menyangka bisa berjalan selama ini. Berjalan di masa-masa sulit karena keduanya sudah sangat merdeka dan mandiri, dan sekarang harus belajar untuk saling tergantung. Bukan tergantung yang tidak sehat tentu saja, tapi ketergantungan dua orang yang sama-sama independen. Kata Stephen R. Covey, seorang ahli sumber daya manusia, ketergantungan dua orang yang idependen bernama interdependensi. Bersinergi berdua untuk kemajuan yang lebih baik. Seperti prinsip saya, sendiri harus baik, berdua harus lebih baik. Bila berdua tidak lebih baik, maka sendiri saja. Karena saya pikir, kalau kita sendiri belum baik, bagaimana bisa baik bersama orang lain.

Namun, saya beruntung. Saya dulu pernah terjebak bahwa saya tidak akan butuh laki-laki, karena saya seringkali gagal menjalin hubungan. Namun, ketika dalam perjalanan hidup saya, saya bertemu denga pria yang luar biasa, yang saya pikir, dia sama-sama menuju kemerdekaanya sebagai manusia. Dan saya pikir, dia bisa saya percaya.

Tidak mudah di kala awal, bahkan masih tidak mudah di saat saya mengetik tulisan ini. Kami sama-sama harus membiasakan diri bahwa sekarang kami berhubungan. Misalnya saja, sekarang ini kami belajar untuk sama-sama berkomunikasi setiap hari, sekedar menceritakan apa yang kami lalui. Kami juga belajar untuk menginformasikan keberadaan kami. Memang tidak sampai segitunya, tapi memang sekarang ini saya punya kekhawatiran lebih bila dia tidak mengkontak saya seharian. Yah, apakah itu resiko sebuah hubungan? Bisa jadi iya.

Yang jelas, kami masih sama-sama belajar untuk saling mengenal. Dan bila surga memang berpihak pada kami, bisa jadi kami akan terus bersinergi. Amin.

17 Februari 2007

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *