Awas Ya!!

Kekasihku,
Kau tidak akan kubiarkan sendiri
Ragaku bisa mati ketika tiba umurku
Fisikku pasti membusuk seiring tuaku
Tapi jiwaku abadi
Doaku tulus dan mumpuni

Maka,
kenapa kau harus tunggu selesai sesalmu
Baru kau datang padaku
kenapa harus kau usir rasa marahmu
Baru kau bersender di bahuku
Kenapa perlu kau manjakan sakit hatimu
Baru kau peluk aku

Padahal,
kau kan sudah tahu
Cintaku bukan cinta biasa
Cintaku tidak sederhana
Cintaku cinta keras kepala!!

Ah,
entahlah
Aku merasa dunia membelakangiku
Dan aku tidak mau kau ikut serta
Awas ya!

c)RDS, 161206 Banda Aceh
for better or worse

HTS

Pernahkah Anda terjebak atau malah menikmati sebuah hubungan tanpa status (HTS)? Saya setidaknya pernah beberapa kali.

Apa sih sebenarnya HTS itu? Saya belum pernah melabelinya, tapi hts yang pernah saya lakoni dengan seorang laki-laki beberapa waktu silam itu lebih dalam dari sebuah persahabatan, tapi tidak berujung menjadi pacar.

Namun hubungan ini tidak bisa lagi dikategorikan sebagai teman, biasanya pasti lebih dari teman; tapi bukan juga pacaran, karena biasanya ga ada yang nyatain dan ga ada yang nerima/nolak seperti pacaran yang dipersepsi oleh orang-orang kebanyakan. Di dalamnya, juga dihiasi perasaan-perasaan berbau-bau sayang atau cinta, sedih bila dia pergi, senang bila dia ada. Perasaan-perasaan semacam itu lah.

Namun, kenapa orang memilih HTS? Tidak berusaha saja diresmikan atau disesuaikan dengan standar-standar yang dimiliki masyarakat? Bisa jadi, karena lawan hubungannya sudah resmi dengan orang lain (baca: Selingkuhan), karena tidak mau ada komitmen, atau tidak ada alasan apa-apa, merasa dekat dan cocok, tapi tidak juga mau menjadi “formal”. Atau mungkin ada alasan lain? Monggo saja, toh ini negara merdeka. Continue reading “HTS”