Bahagia

Baru saja saya selesai membaca sebuah buku yang berjudul “The Book of Lost Things,” karya John Connolly. Sebuah buku yang dihadiahkan Wulan (adik saya) pada ulang tahunku yang ke-29 tahun 2008 lalu. Terjemahannya bagus, mudah dimengerti, dengan logika berpikir yang tepat.

Secara ringkas, buku ini berisi dongeng tentang anak lelaki bernama David, yang secara tidak sengaja tersesat ke sebuah negeri yang absurd. Negeri dimana Snow White adalah perempuan yang tidak terlalu menyenangkan, Putri Tidur marah karena pangeran menciumnya, dan Gadis Kecil berkerudung merah memang senang diculik dan jatuh cinta kepada serigala penculiknya. Negeri ini diperintah oleh sorang raja yang menyimpan rahasia-rahasinya dalam sebuah kitab misterius: Kitab tentang yang Telah Hilang. Continue reading “Bahagia”

Teman Terbaik

Setelah duduk dengan beberapa teman nongkrong malam tadi, saya kembali berpikir lagi. Pikiran-pikiran yang sebenarnya tidak perlu dipikirkan, toh saya sebenarnya sudah tahu, tapi tidak membuat saya akhirnya kembali memikirkan itu lagi. Soal berteman, suatu hal yang pada umur saya yang hampir 30 tahun, saya masih saja tidak mengerti.

Berteman. Saya tidak punya kamus Bahasa Indonesia di kamar saya, tapi yang saya pahami selama ini, teman adalah orang-orang yang sering mencipta waktu bersama-sama. Teman itu ada teman kerja, yaitu orang-orang yang sekantor, teman main, yaitu orang-orang yang seru diajak nongkrong. Yang pasti, kita bisa berteman orang lain, karena ada kepentingan di dalamnya. Entah disadari atau tidak, saya pikir kok naif sekali orang yang percaya bahwa ada teman yang benar-benar tanpa kepentingan. Continue reading “Teman Terbaik”

Terpukau

Sepertinya, hampir semua orang yang mengerti bahasa Indonesia pasti tahu artinya.Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga Depdiknas Terbitan Balai Pusata, terpukau (verb) berarti: 1. mabuk karena kena pukau; 2. terpesona; tertarik (hati). Terpukau berasal dari kata dasar ‘pukau’ yang artinya dalam konteks ini adalah daya tarik atau pesona.

Seringkali orang terpukau pada suatu keadaannya yang akhirnya membuat orang tidak bisa maju. Pasti Anda pernah terjebak mendengarkan seseorang yang menceritakan kesusahannya. Sekali dua kali, pasti biasa saja. Wajar kan orang menceritakan kesusahan pada temannya. Tapi, ketika Anda bertemu dia lagi dalam beberapa kesempatan, dia masih tetap menceritakan kesusahan yang sama. Dengan pola pikir dan kondisi mental yang sama pula dan seringkali lebih buruk. Atau dalam kesempatan lain, pasti Anda pernah juga bertemu dengan teman yang suka menceritakan keberhasilan-keberhasilannya. Dengan gegap gempita, diceritakannya terus menerus, bahkan kadang Anda sampai bosan mendengarnya. Well, bisa jadi berarti kedua orang tadi dalam keadaan terpukau. Yang satu terpukau atas kesusahannya, yang satu terpukau keberhasilannya. Continue reading “Terpukau”

Minta maaf, memaafkan, dan mengucapkan terima kasih

Tiga kata kerja di atas, bahkan orang tuli dan buta sekalipun, akan mengerti apa artinya. Namun, tidak semua manusia di dunia ini tahu bagaimana melakukannya. Karena diperlukan bukan hanya kemampuan menyampaikan ketiganya dengan bahasa verbal atau isyarat, tapi juga diperlukan satu kondisi ego tertentu dari seseorang.

Iya, minta maaf, misalnya. Tidak semua orang dengan mudah mau minta maaf kepada orang lain, bahkan bila dirinya nyata bersalah. Karena tidak sedikit orang berpendapat bahwa minta maaf adalah sama dengan mengemis. Ketika meminta maaf, disadari atau tidak, posisi kita ada di bawah. Kita harus merendahkan diri kita, merendahkan ego kita, untuk minta orang lain memaafkan kesalahan kita. Continue reading “Minta maaf, memaafkan, dan mengucapkan terima kasih”

Teringat masa lalu

Iseng-iseng saya tadi melihat email-email saya terdahulu, kembali pada masa-masa kuliah dulu. Kira-kira sekitar 11 tahun yang lalu, saya lulus SMA. Wow, 11 tahun bukan waktu yang sebentar. Di email-email tersebut, terdapat beberapa nama teman-teman saya yang saat ini sudah agak jarang bertegur sapa. Email-email tersebut tentunya saling menceritakan proses hidup, kebanyakan proses ketika akan lulus dulu. Bagaimana sulitnya membuat skripsi, bagaimana sulitnya mengejar-ngejar dosen, bagaimana sulitnya berpacaran, semuanya komplit di email-email tersebut. Continue reading “Teringat masa lalu”

Terpaksa Merokok

“Rokok Bunuh Semilyar Jiwa” (halaman 1/Harian Rakyat Aceh, 4 Juli 2007)

Headline surat kabar itu membuat saya terhenyak. Permasalahan rokok ternyata jauh dari selesai, mungkin malah semakin buruk. Jika benar data yang dilansir oleh Badan Kesejahteraan Dunia (WHO) ini, maka semilyar bukanlah angka yang sedikit.Rokok.. benda 9 centimeter yang kecil namun punya daya bunuh tinggi, bukan hanya bagi yang aktif merokok, tapi juga bagi yang pasif merokok. Perokok dikategorikan mejadi dua, perokok aktif-yang aktif menghisap rokok dan perokok pasif-yang tidak merokok, tapi (terpaksa) menghisap asap rokok. Continue reading “Terpaksa Merokok”

Belajar

Belajar adalah proses sepanjang hidup dan baru benar-benar akan berhenti ketika kita masuk liang kubur. Dengan kata lain, mati. Sekarang, saya sudah benar-benar mengamini hal ini.

Sudah lama saya tidak mengobrol dengan belahan jiwa saya yang lain, yaitu ayah saya. Romo, begitu saya dan keluarga besar memanggilnya, adalah panggilan ayah dalam bahasa Jawa. Harus ada episode tulisan lain bila ingin tahu kenapa dia akhirnya dipanggil begitu. Obrolan tersebut menyoal kisah belajar ini.

Umurnya sudah 56 tahun, Ibu saya sudah 50 tahun, namun mereka belum juga mengalami episode menikahkan tiga anak perempuannya. Belum juga datang waktunya bahwa mereka harus belajar untuk mengerti para menantu-menantunya. Continue reading “Belajar”